Berita Papua, Nabire — Tim Peduli Alam dan Manusia Kapiraya yang dipimpin oleh Musa Boma telah menyelesaikan penanaman senplat Tapal Batas Adat antara suku Kamoro dan suku Mee di Papua Tengah.
Hal ini disampaikan langsung oleh Musa Boma, yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh pemuda Papua Tengah, dalam keterangan tertulis kepada media Berita Papua pada Kamis (17/10).
“Puji Tuhan, akhirnya Tapal Batas Adat dengan lima desa kami putuskan bersama-sama pada tanggal 19. Dari balai desa Akar terakhir kami tanam batas adatnya,” ungkap Boma.
Ia menambahkan bahwa proses ini penuh tantangan, namun tim tetap bertahan hingga selesai.
Boma mengatakan, pentingnya keterlibatan langsung dan bukti kerja nyata dalam upaya membela tanah dan manusia. “Saya tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dengan doa, moril, dan materil, terutama kepada semua masyarakat Adat Mapia,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Boma juga mengingatkan masyarakat Mapia tentang ancaman terhadap hutan adat mereka dengan hadirnya Papua Tengah di Nabire. “Mau tidak mau, suka atau tidak suka, hal ini akan terjadi. Mari kita selamatkan hutan adat kita,” serunya.
Yohanes Degekoto, tokoh pemuda distrik Sukikai Selatan, mendukung pernyataan Boma. “Manusia tidak bisa hidup tanpa tanah. Tanah merupakan mama kita yang perlu kita lindungi dan selamatkan. Mari rakyat Mapia bersatu, kita selamatkan tanah adat kita,” pungkasnya.
(Redaksi)