Berita Papua, Wamena — Kondisi memprihatinkan terungkap di SD Inpres Algonik, Distrik Pyramid, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Seorang guru honorer, Lerix Tabuni, mengungkapkan keluhan mendalam terkait gaji dan fasilitas perumahan yang dinilai tidak layak dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah.
Dalam wawancara kepada jurnalis, Minggu (11/8/24) Tabuni mengungkap situasi sulit yang dihadapi para guru di SD Inpres Algoritma.
“Kami memiliki total lima guru, empat di antaranya honorer. Namun, saat ini hanya 2 orang yang aktif mengajar, bahkan seringkali saya sendiri yang harus menangani seluruh aktivitas pembelajaran,” ujarnya.
Tabuni menjelaskan bahwa kondisi ini telah berlangsung sejak tahun 2016 hingga 2024. Meskipun baru dilantik kepala sekolah baru, menggantikan kepala sekolah sebelumnya yang telah meninggal, namun permasalahan kekurangan tenaga pengajar masih belum teratasi.
“Selama 10 tahun terakhir, kami merasa tidak diperhatikan. Dari empat guru honorer, hanya dua yang masih aktif mengajar. Dua guru lainnya sudah pensiun,” bebernya.
Ia menambahkan bahwa situasi ini memaksa mereka untuk menangani seluruh kelas dari kelas 1 hingga kelas 6.
Dia juga menyoroti tentang rendahnya kompensasi yang selalu diterima oleh para guru-guru honorer.
“Kami hanya menerima Rp 1 juta per enam bulan sebagai honor mengajar. Bahkan honor ini hanya diberikan sekali dalam setahun,” ungkap Tabuni.
Selain permasalahan sumber daya manusia dan kompensasi, Tabuni juga menyoroti kondisi fasilitas sekolah yang memprihatinkan. Perumahan guru yang dibangun pada tahun 2006 belum pernah mendapat perbaikan hingga saat ini.
“Beberapa bangunan sudah roboh, namun belum ada upaya perbaikan dari pemerintah,” ungkapnya.
Tabuni menekankan bahwa SD Inpres Algonik saat ini memiliki 61 siswa yang membutuhkan pendidikan berkualitas. Namun, dengan kondisi yang ada, mereka kesulitan memberikan pelayanan pendidikan yang optimal.
(Redaksi)