BeritaPapua.co, Jayapura — Maximus Tipagau memberi perhatian yang intens terhadap pengembangan Kopi Papua, yang kini mulai populer dan dikenal dunia.
Pengembangan Kopi Papua bermula saat Sang Gladiator terjun ke dunia pariwisata sejak tahun 2004. Saat itu dirinya bekerja sebagai pemandu Gunung Carstensz.
Pada 2010, Maximus melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dan Jerman. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya, kedai kopi.
“Tempat ngopi jadi tempat pertemuan, meeting dan diskusi. Saya berpikir, kenapa tidak mengembangkan Kopi Papua. Papua harus ikut tren ini, karena memiliki tanah yang subur,” ungkap Maximus Tipagau, Rabu (17/5).
Idenya untuk memajukan Papua lewat kopi diwujudkan lewat pelatihan di desa-desa Intan Jaya. Desa pertama yang mendapatkan pelatihan kopi adalah Ugimba.
“Saya didik warga, sosialisasi bahwa tanah mereka bagus. Kopi sama dengan emas,” kenang Sang Gladiator.
Pengenalan tentang kopi berlanjut ke tahap penanaman, panen dan penjualan. Awal-awal pelatihan ini, Maximus memberikan bantuan berupa makanan, bibit dan semua keperluan warga. Kopi yang cocok ditanam adalah arabika.
“Awal-awal saya datang sosialisasi dua bulan sekali dalam 5 tahun,” ungkapnya.
7 tahun telah berlalu, usaha Maximus tidak sia-sia. Kini sudah ada 3 desa yang menggantungkan hidup pada kopi, yaitu Ugimba, Pogapa, dan Homeyo.
Kopi-kopi dijual dengan nama brand Dingiso. Bukan sembarang nama, Dingiso adalah hewan langka Papua yang mendiami area Puncak Cartenzs. Tentu ada alasan mengapa nama ini yang jadi pilihan.
“Alasannya mempopulerkan nama Dingiso ke kancah internasional,” ucapnya.
Rasa bangga Maximus akan produk ini ditunjukkan dengan memakai kopi Dingiso untuk kedai kopi miliknya, Cafe Kamoro kopi itu dibangun pada tahun 2021 dan sudah memakai kopi Dingiso dari awal debutnya.
“Harapannya kopi ini continue, kalau bisa seluruh pegunungan mencari nafkah dari kopi, sehingga bisa menambah penghasilan dari kebun,” pungkasnya.
(Renaldo Tulak)