Berita Papua, Jayapura – Dr. Melva Desintha Natalia Sirait, Direktur RSUD Ramela Muara Tami, Kota Jayapura menanggapi meningkatnya kasus Tuberkulosis (TB) dan HIV di Kota Jayapura khususnya dihadapi di wilayah RSUD Ramela.
Menurutnya, walaupun dalam beberapa tahun terakhir, tercatat sekitar 8.000 kasus baru TB dan HIV. RSUD Ramela Muara Tami pun tetap mengambil langkah serius untuk menangani 2 kasus tersebut.
“Upaya pertama yang kami lakukan adalah melakukan pemeriksaan pada ibu hamil, pasien TB, dan kelompok berisiko lainnya. Ketika pasien terdeteksi, kami langsung memberikan konseling dan memulai treatment. Kami juga menyediakan ruangan khusus untuk pasien TB dan HIV agar mereka lebih leluasa dalam berobat dan bertanya,” ujar Dr. Melva, Jumat (14/2/2025).
Ia menyebut, saat ini fenomena peningkatan kasus TB di Jayapura cukup mengkhawatirkan. Temuan kasus baru tidak hanya berasal dari hasil skrining, tetapi juga dari pasien yang datang dengan kondisi TB yang sudah parah.
“Ada pasien TB kategori 2 yang sudah resisten terhadap obat, ada juga pasien TB paru relaps, artinya mereka pernah sembuh tetapi terinfeksi lagi. Ini menunjukkan bahwa penanganan TB selama ini belum optimal,” bebernya.
Dr. Melva juga mengungkapkan kendala yang dihadapi RSUD Ramela Muara Tami, yaitu keterbatasan ruang isolasi untuk pasien TB.
“Pasien TB tidak boleh disatukan dengan pasien non-infeksi. Kami membutuhkan tambahan ruang isolasi, meskipun obat dan alat pemeriksaan sudah tersedia,” katanya.
Tahun ini, RSUD Ramela Muara Tami mencatat temuan pasien baru TB dan HIV dalam jumlah yang cukup tinggi. Dr. Melva pun mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri.
“Saya harap masyarakat tidak menunda-nunda pemeriksaan. Deteksi dini HIV dan TB sangat penting, bukan hanya untuk ibu hamil atau kelompok berisiko, tetapi untuk semua orang. Semakin cepat kita mengetahui status kesehatan, semakin baik peluang untuk sembuh,” tegasnya.
Ia juga mengungkap, banyak pasien yang datang dalam kondisi stadium lanjut.
“Banyak pasien yang kami temukan sudah berada di stadium 3 atau 4. Padahal, jika diketahui lebih awal, treatment bisa dimulai dalam kondisi yang lebih stabil,” ujarnya.
Selain itu, Dr. Melva mengingatkan masyarakat tentang bahaya aplikasi seks online yang saat ini sedang marak digunakan.
“Saya berharap pemerintah kota, khususnya Kominfo, bisa menertibkan aplikasi-aplikasi tersebut. Anak muda dan orang tua harus lebih waspada dan menjaga diri. Jika ingin berhubungan seks, lakukanlah dengan pasangan yang sah untuk mengurangi risiko penularan HIV,” pesannya.
(Renaldo Tulak)